Jl. Pattimura No. 1

Gedung MPP Bumi Sentang Lantai 2

Kabupaten Sintang 78611

08.00 - 15.00

Senin-Jumat

 

Realisasi Investasi Indonesia Tembus Rp942,9 Triliun di Semester I/2025, Didominasi PMDN dan Luar Jawa

Di tengah tantangan geopolitik dan tekanan ekonomi global, realisasi investasi Indonesia tetap menunjukkan tren positif. Hal ini terlihat dari laporan realisasi investasi triwulan II dan semester I tahun 2025 yang dirilis oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada Selasa (29/07).

Dalam laporannya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, menyampaikan total realisasi investasi pada triwulan II 2025 mencapai Rp477,7 triliun. Angka ini naik 11,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan tambahan tersebut, total realisasi semester I 2025 telah mencapai Rp942,9 triliun, naik 13,6% dibandingkan semester I 2024. Pencapaian ini setara 49,5% dari target tahun 2025 sebesar Rp1.905,6 triliun. Menurut Rosan, capaian ini tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang juga ditopang oleh investasi.

“Begitu aktifnya peran Bapak Presiden berkunjung ke banyak negara, juga menumbuhkan kepercayaan atau confidence dari banyak pihak di luar negeri. Keberadaan Danantara sebagai SWF (Sovereign Wealth Fund/Badan Pengelola Investasi) juga menambah kepercayaan dari para investor untuk berinvestasi di Indonesia karena mereka tahu kita juga bisa berinvestasi bersama mereka, baik di Indonesia maupun di luar negeri,” ujar Rosan.


Realisasi Investasi Kuartal II/2025: PMDN Unggul, Luar Jawa Mendominasi

Pada triwulan II 2025, PMDN menyumbang Rp275,5 triliun atau 57,7% dari total investasi, menunjukkan kepercayaan kuat dari pelaku usaha nasional. Sementara itu, PMA mencatatkan kontribusi sebesar Rp202,2 triliun atau 42,3%. Distribusi geografis juga menunjukkan bahwa wilayah di luar Jawa mencatatkan realisasi lebih tinggi, yaitu Rp240,2 triliun (50,3%), dibanding Jawa sebesar Rp237,5 triliun (49,7%).

“Ini adalah bukti bahwa baik dari dalam maupun luar negeri, para pelaku usaha melihat Indonesia dengan keyakinan yang sama. Karena angka tidak berbohong. Kita bisa lihat terjadi peningkatan sebesar 13,6%, dan ini adalah angka-angka nyata—investasi yang benar-benar sudah mereka tanamkan, bukukan, dan belanjakan di Indonesia. Angka ini mencerminkan realisasi yang konkret, yang dampaknya tidak hanya terasa di sektor perekonomian, tapi juga di berbagai aspek lainnya,” ungkap Rosan.

Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, realisasi investasi juga berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja. Pada triwulan II 2025, jumlah tenaga kerja langsung yang terserap mencapai 665.764 orang. Secara kumulatif, investasi yang masuk berhasil menyerap 1.259.868 tenaga kerja Indonesia selama periode Januari-Juni 2025.

Rosan juga mengungkapkan bahwa penciptaan lapangan kerja yang dihasilkan oleh investasi yang masuk memerlukan strategi jangka panjang. Ini menyesuaikan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan karakteristik investasi di tiap daerah. Menurutnya, perencanaan ini penting karena sebagian besar proyek industri memerlukan waktu dua tahun atau lebih untuk membangun fasilitas produksi. Dengan menyiapkan SDM lokal sejak awal, pemerintah tidak hanya mempercepat penyerapan tenaga kerja, tetapi juga mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah.

“Penyerapan tenaga kerja di setiap daerah memang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sesuai dengan investasi yang masuk dan kebutuhannya—yang sudah kita trajectory dari jauh-jauh hari sebelumnya. Human capital ini sudah kita siapkan, bukan dalam waktu enam bulan atau setahun, tapi sejak dua hingga tiga tahun sebelumnya,” ungkap Rosan.


Sektor Unggulan dan Rencana Ekspansi Investasi

Berdasarkan sektor, realisasi investasi pada triwulan II 2025 didominasi oleh sektor industri logam dasar, barang logam bukan mesin dan peralatannya dengan nilai sebesar Rp67,1 triliun (14,1%). Ini diikuti pertambangan sebesar Rp53,6 triliun (11,2%), dan jasa lainnya sebesar Rp44,8 triliun (9,4%). Sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi menyumbang Rp44,2 triliun (9,3%), serta perdagangan dan reparasi Rp40 triliun (8,4%).

Sementara itu, berdasarkan lokasi investasi, Jawa Barat mencatatkan realisasi investasi tertinggi di Indonesia pada periode April-Juni 2025, yakni sebesar Rp72,5 triliun. Ini disusul oleh DKI Jakarta dengan Rp71,1 triliun dan Jawa Timur sebesar Rp38,6 triliun. Sulawesi Tengah menempati posisi keempat secara nasional dengan realisasi sebesar Rp31,6 triliun. Banten (Rp29,7 triliun), Jawa Tengah (Rp23,7 triliun), dan Kalimantan Timur (Rp23,7 triliun) juga mencatatkan angka investasi yang signifikan.

“Kalau kita lihat, sebetulnya nomor satu dan dua perbedaannya tidak terlalu banyak. Nomor tiga, empat, dan lima juga relatif tidak terlalu jauh dari segi angka. Tapi memang itu yang kita harapkan—agar setiap daerah perbedaannya tidak terlalu mencolok, dan distribusi investasi bisa lebih merata di seluruh wilayah Indonesia,” terang Rosan.

Berdasarkan asal negara PMA, Singapura menempati posisi teratas sebagai negara asal investasi dengan nilai mencapai $4,2 miliar. Diikuti oleh Hong Kong sebesar $2,3 miliar dan Tiongkok sebesar $1,8 miliar. Sementara itu, Amerika Serikat dan Malaysia masing-masing mencatatkan investasi sebesar $0,8 miliar dan $0,7 miliar. Ini menunjukkan minat berkelanjutan dari kawasan Amerika Utara dan ASEAN. Rosan menyebut pemerintah terus berupaya menarik investasi dari berbagai belahan dunia. Terbaru, rencana penandatanganan I-EU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) direncanakan dapat mendorong masuknya investasi asal Uni Eropa.

Joint announcement penyelesaian perundingan I-EU CEPA direncanakan September ini, dan mudah-mudahan setahun kemudian sudah mulai berjalan. Kami meyakini, hal ini akan menjadi pemicu peningkatan investasi, perdagangan, pariwisata, hingga people-to-people contact antara Indonesia dan Eropa ke depannya,” ujar Rosan.

Salah satu penopang utama pertumbuhan investasi adalah bidang hilirisasi, yang konsisten menjadi motor penggerak investasi nasional. Sepanjang triwulan II 2025, investasi di bidang hilirisasi mencapai Rp144,5 triliun, meningkat 36,8% secara tahunan, dan berkontribusi 30,2% dari total investasi nasional. Hilirisasi terutama terjadi pada sektor mineral, perkebunan dan kehutanan. Rosan menyebut bahwa pemerintah terus konsisten melanjutkan hilirisasi dengan mendorong sektor-sektor lain, seperti perikanan dan kelautan.

“Salah satu yang mau kita dorong adalah rumput laut. Karena kita penghasil nomor dua terbesar untuk rumput laut di dunia. Tapi kalau kita bicara tropical seaweed, rumput laut daerah tropis, kita (Indonesia) adalah penghasil terbesar. Ini yang ingin kita dorong, selain juga hilirisasi komoditas garam dan berbagai jenis ikan,” tegas Rosan.

Kontak

Alamat

  • Jl. Pattimura No. 1 Gedung MPP Bumi Senentang Lantai 2
    Kel. Tanjung Puri Kec. Sintang,
    Kabupaten Sintang,
    Kalimantan Barat 78613
    Indonesia
 

Pengunjung

Hari ini777
Minggu Ini1492
Bulan ini12393

sintangsintang
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sintang
Ikuti
Survei Kepuasan masyarakat
(SKM)